Puisi: Tatapan Cadar
Tatapan cadar sebagai puisi untuk dibaca. Tatapan cadar diambil dari wajah perempuan memakai cadar yang tenang dan damai. Kembali lagi, memanjakan para pembaca dan penggemar puisi. Sungguh, terlintas dalam benak, saat menulis dan membaca syair-syair puisi.
Mengharukan memberikan kesan pada suasana, tentram dan damai. Walaupun harus fokus merangkai kata. Iya, itulah yang harus dihadapi agar menghasilkan bait puisi. Setiap bait puisi membangkitkan gejolak, hiburan dan sarana pembelajaran sastra Indonesia.
Puisi bagian dari sastra, ditulis dengan rangkaian kata disesuaikan pada judul. Puisi lama dan puisi modern memiliki ciri-ciri misalnya puisi lama yaitu mantra, syair, pantun dan lainnya.
Sedangkan puisi modern berupa kisah atau peristiwa, pujian tuhan, sanjungan kepada seseorang, cinta dan kasih, tokoh, kesedihan dan kritikan. Semua dituangkan dalam bait-bait puisi. Sehingga menulis puisi memudahkan dalam merangkai kalimat disesuaikan pada tema puisi yang akan ditulis.
Misalnya dalam keramaian bertemu dengan wanita bercadar yang cantik. Tak jauh dari sekitar. Tiba-tiba wanita itu menatap, hanya tatapan selintas. Lalu engkau dibalas, memandangi wajah dari celah-celah cadar. Kan wanita tersipu malu. Menjadi penasaran untuk terus memandangi, karena cadar mampu menghalanginya.
Ada manfaatnya juga melihat wanita bercadar, serasa dirinya aman dan tidak dalam gangguan. Santai duduk di bawah pohon, membaca buku dan sibuk dengan teman-temannya. Terkadang saat menatap ke wajah, serasa untuk membalas pandangan. Bercadar dengan pesona hijabnya, menulis dan sibuk dengan buku di tangannya.
Wanita diwajibkan menggunakan jilbab, cadar bagian pakaian wanita muslim untuk menutupi wajah. Sedangkan mengulurkan jilbab adalah perintah Allah. Hal itu, dibenarkan dalam Al-Qur'an, diantaranya berbunyi:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab : 59).
Puisi tatapan cadar diharapkan menjadi bahan bacaan dan sebagaimana mestinya. Sebagai puisi bernuansa religi di tulis menggunakan kalimat yang mudah dipahami. Pesan moral tertuang dalam puisi tersebut fokus pada manfaat cadar.
Mampu membatasi pandangan para pujangga. Begitulah perkiraan yang terjadi, ketika berada di lokasi. Hingga puisi ini di terbitkan dengan judul: Tatapan Cadar.
Judul: TATAPAN CADAR
Oleh: Hasbun Doya
Tanpa sadar lirikan mata
membius qalbu
kain cadar, menutup paras wajah cantik mu
berjuntai penuh wibawa
tertiup angin, menusuk jantung hati
Membalas pandangan
kau tersipu malu
Tatapan sepintas menggetarkan
terkadang langsung tegak wajah ku membalas
terkadang layu rasa di hati, karena takut
akan kesucian cadar mu
Sepintas tatapan mu
menusuk batin yang sedang berbunga
membuatnya kaku, membekukan darah dalam diriku
Cukup selintas..
Jangan kau bujuk wajah ku
Jangan kau lepaskan tatapan sepintas
wajar itu tanpa sadar, tapi aku terbuai
tersentuh dari tatapan cadar
karena bujukan mahluk menyesatkan
mengundang jiwa sukma terlarang.
Oleh: Hasbun Doya
Tanpa sadar lirikan mata
membius qalbu
kain cadar, menutup paras wajah cantik mu
berjuntai penuh wibawa
tertiup angin, menusuk jantung hati
Membalas pandangan
kau tersipu malu
Tatapan sepintas menggetarkan
terkadang langsung tegak wajah ku membalas
terkadang layu rasa di hati, karena takut
akan kesucian cadar mu
Sepintas tatapan mu
menusuk batin yang sedang berbunga
membuatnya kaku, membekukan darah dalam diriku
Cukup selintas..
Jangan kau bujuk wajah ku
Jangan kau lepaskan tatapan sepintas
wajar itu tanpa sadar, tapi aku terbuai
tersentuh dari tatapan cadar
karena bujukan mahluk menyesatkan
mengundang jiwa sukma terlarang.